Evolusi Manusia ala Darwin
“The Origin of Species” (Darwin, 1859) akan kita peringati 150 tahunnya tahun depan. Buku Darwin tersebut merupakan buku paling penting kalau kita mau memahami apa yang dipikirkan Darwin tentang evolusi. Sebelum menyerang teori evolusi, sebaiknya dibaca dulu buku ini, sehingga bisa diputuskan apakah teori evolusi layak diserang atau bahkan didukung. Dari internet mungkin bisa didapat digitalnya, tetapi saya lebih suka mempelajarinya dari bukunya sebab bisa dibaca di mana saja, di kereta, di bus atau santay sambil berbaring. Saya punya tiga buku Darwin ini, salah satunya adalah terjemahan Indonesia-nya yang mudah diperoleh di Yayasan Obor Indonesia, penerbit yang menerjemahkannya (kalau berminat coba buka website obor di www.obor.or.id . Saya membeli terjemahannya tahun 2004 (diterjemahkan tahun 2003 oleh para dosen biologi Universitas Nasional), mestinya sih masih tersedia terjemahannya. Inti buku ini sederhana saja : Darwin memaparkan pembuktian bahwa makhluk hidup berevolusi serta menjelaskan bagaimana seleksi alamiah menyebabkan spesies-spesies berubah. Menurut cerita, buku ini dicetak untuk pertama kalinya hanya 1250 eksemplar sebab penerbitnya tidak yakin bahwa buku ini akan laku terjual. Ternyata, pada hari pertama saja ada di toko, seluruh buku ini habis terjual. Kemudian ternyata juga bahwa buku-buku ini banyak dibeli untuk dibakar ! Darwin menggambarkan The Origin sebagai suatu argumen panjang. Saya ingat dulu saat masih SMP di Bandung suka nongkrong malam-malam di perpusatakaan British Council di Jalan Tamblong beberapa minggu demi menyaksikan film tentang Darwin. Di situ digambarkan Darwin dengan tenangnya menulis argument-argumen. Belakangan saya tahu bahwa Darwin tak tenang menulis bukunya sebab ia takut didahului oleh Alfred Russel Wallace, sang pengelana Nusantara, yang juga menemukan gejala yang sama yang sedang dipikirkan Darwin : evolusi oleh seleksi alam. Atas dorongan dan bantuan Charles Lyell-lah, Darwin dapat menyelesaikan karya monumentalnya dalam waktu yang singkat. Charles Lyell, ahli geologi itu adalah seperti seorang ayah untuk Darwin. Agar argument Darwin mudah dipahami, ia memulai bukunya (Bab 1) dengan menampilkan variasi-variasi yang terjadi pada tanaman-tanaman dan hewan-hewan di sekitar rumah hasil domestikasi. Setelah mendiskusikan sifat-sifat yang dimiliki oleh biakan-biakan yang berbeda, ia mulai menjelaskan bagaimana biakan-biakan yang berbeda itu bisa muncul. Darwin menjelaskan bahwa itu muncul akibat seleksi buatan (artificial selection), manusia memilih mana-mana yang akan dibiakkan mana yang tak boleh. Tentu saja yang dibiakkan adalah yang memiliki sifat-sifat yang baik atau unggul. Bab 2The Origin, berpindah dari variasi-variasi makhluk hidup di sekitar rumah ke variasi jenis di alam liar. Darwin di sini menjelaskan apa itu spesies, bagaimana variasi-variasinya. Di sini Darwin menampilkan pengamatan atau kesimpulan bahwa spesies-spesies itu bukan sesuatu yang terakhir atau yang tetap, tetapi disebutnya sebagai “spesies-spesies dalam penantian”. Menanti apa ? Menanti untuk berubah. Jadi spesies2 itu adalah hanya bagian dari jalan panjang menuju spesies berikutnya. Jelas Darwin mulai berbeda pandangannya dari ahli-ahli biologi sezamannya. Bab 3 The Origin, Darwin terpesona dengan pandangan Malthus (1798) si ahli demografi itu bahwa akibat jumlah populasi lebih banyak daripada sumberdaya yang ada maka akan terjadi perjuangan demi kelangsungan hidup dengan cara berebut sumberdaya yang terbatas. Yang unggul yang akan terus hidup. Di bab ini maka Darwin menuliskan “suatu perjuangan demi bertahan hidup tak dapat dielakkan merupakan akibat dari laju pesat perbanyakan diri organisme hidup”. Darwin juga memaparkan faktor-faktor yang membatasi jumlah spesies, misalnya efek2 kepadatan berlebih, serangan pemangsa, serta musim dingin yang kering dan ekstrim. Bab 4 The Origin, merupakan bagian yang paling penting. Judulnya adalah Natural Selection. Ini merupakan gagasan besar Darwin tetapi saat itu sangat sulit diterima. Dalam seleksi alam, menurut Darwin, variasi-variasi yang menguntungkan dipertahankan, sementara yang merugikan disingkirkan dan akhirnya musnah. Darwin menyusun daftar yang memaparkan sederetan adaptasi yang dikaitkannya dengan akumulasi bertahap dari variasi-variasi yang berguna. Ia menyatakan bahwa, tidak seperti manusia, alam mendasari seleksinya pada seluruh perlengkapan kehidupan. Alam menitikberatkan pada nilai adaptif setiap sifat makhluk hidup tanpa terkecuali, dan dalam proses ini tidak ada satu pun yang terlewatkan. Bab 5 The Origin, Law of Variation, dimulai Darwin dengan penyangkalan bahwa variasi-variasi disebabkan faktor kebetulan. Menurut Darwin semua ada kendalinya. Darwin percaya akan variasi berkelanjutan – variasi yang tersusun atas suatu rangkaian tak terbatas dari perbedaan-perbedaan kecil antar individu. Bab-Bab yang tersisa dari The Origin (sampai Bab 15) menguraikan sederetan topic yang telah membuat Darwin tetap sibuk.Topik-topik tersebut mencakup evolusi adaptasi fisik, asal muasal naluri, fosil, klasifikasi, kontribusi geologi ke dalam evolusi, kesulitan-kesulitan teori evolusi, dan distribusi makhluk hidup. Sekarang kita lihat apa kata Darwin tentang evolusi manusia. Sumber terbaik untuk mempelajarinya ada dalam bukunya “The Descent of Man” (Darwin, 1871) – yang ini belum ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Karena begitu banyaknya serangan-serangan kepada evolusi berasal dari hal evolusi manusia, maka Darwin memandang perlu menulis buku khusus tentang evolusi manusia. Inti buku ini Darwin beragumen bahwa manusia dan kera memiliki leluhur jauh yang sama dan bahwa semua cirri manusia telah berevolusi melalui serangkaian langkah yang bertahap. Dalam buku ini Darwin menunjukkan bahwa atribut-atribut manusia yang terhebat sekalipun –kecerdasan dan ungkapan emisional kita- bisa saja dihasilkan melalui seleksi alamiah sehingga memungkinkan manusia juga berevolusi dari leluhur-leluhur hewan. Bagaimana dan mengapa kecerdasan manusia muncul ? Pandangan Darwin mengatakan bahwa hal tersebut berhubungan dengan gaya hidup. Leluhur nenek moyang manusia dank era pada awalnya merupakan penghuni pepohonan, namun secara bertahap mereka mulai hidup di darat. Berjalan dengan kedua kaki dan membebaskan tangan mereka untuk memanipulasi benda-benda dan akhirnya untuk menciptakan perkakas. Hal ini, kata Darwin, menyediakan batu loncatan bagi perkembangan kecerdasan karena seleksi alamiah selanjutnya akan memelihara ukuran otak yang terus mengalami peningkatan, yang diperlukan untuk ketangkasan tangan. Bagaimana pengetahuan biologi saat ini tentang evolusi manusia ? Apakah manusia berevolusi dari kera? Tidak. Manusia memang berasal dari superfamily yang sama dengan kera, tetapi kera dan manusia berpisah dalam pohon evolusi sekitar 4-5 juta tahun yang lalu. Dari situ manusia berevolusi sendiri melalui perkembangan bertahap hominid sampai akhirnya manusia moderen muncul beberapa puluh ribu tahun yang lalu. Di bawah ada tulisan tentang semua karya Darwin (The Darwin Compendium) yang pernah saya posting beberapa bulan yang lalu. Apakah teori evolusi Darwin yang diuraikannya dalam The Origin semuanya benar ? Tidak, sebagian salah, tetapi sebagian juga benar. Mana yang benar mana yang salah menurut ilmu pengetahuan sekarang nanti kita bahas lagi, juga tentang evolusi manusia, implikasi sosial dan implikasi agama. Dengan singkat bisa dikatakan : evolusi terjadi, tetapi tidak persis seperti yang Darwin teorikan. Salam, awang Lampiran The Darwin Compendium Charles Darwin (1809-1882) tak hanya menulis “The Origin of Species” (1859). Ada empat buku lainnya yang berhubungan yang tak terlalu banyak dibicarakan orang tetapi sangat penting kalau mau mempelajari teori evolusi Darwin secara utuh. Untuk menemukan kelima buku Darwin itu tidak mudah, tetapi penerbit Amerika Barnes and Noble mengumpulkannya ke dalam satu buku yang diberi judul “The Darwin Compendium”. Setiap orang yang mau mendebat teori evolusi atau mendukungnya, sebaiknya membaca dulu buku ini agar debat atau dukungannya punya dasar, tidak hanya ikut-ikutan. “The Darwin Compendium” adalah buku yang berat dan tebal (1874 halaman) terbitan tahun 2005. Buku ini saya beli pada Desember 2005 saat sedang mengunjungi Unocal di Sugarland, Texas. Perlu waktu lama membaca buku ini, selain butuh konsistensi, butuh spirit untuk melawan kejenuhan dan menyerah, tak mudah pula memahami bahasa Inggris Victorian zaman pertengahan-akhir abad ke-19 yang menjadi bahasa buku ini. Buku ini membantu memahami apa yang sesungguhnya Darwin pikirkan dan pertahankan tentang evolusi. Perasaan Darwin pun bisa kita baca di salah satu karyanya yaitu otobiografinya. Semua penganut dan pengritik teori evolusi yang dikembangkan Darwin sebaiknya membaca buku ini sebelum mempercayai atau menolak teori evolusi. Karena the Darwin Compendium mengumpulkan lima karya utama Darwin sejak sebelum ia mengumumkan teori evolusi, mempertahankannya, dan menceritakan apa yang ia rasakan berhubungan dengan teorinya yang kontroversial pada zamannya itu; maka kita akan mendapatkan gambaran yang utuh tentang Charles Darwin dan teori evolusi. Kelima buku utama Darwin yang dikumpulkan dalam The Darwin Compendium adalah seperti berikut. ”Voyage of the Beagle” (Darwin, 1839) berisi catatan Darwin sebagai naturalis dalam kapal Beagle yang berlayar ke pulau-pulau selatan termasuk Kepulauan Galapagos di lepas pantai sebelah barat Amerika Selatan. Di kepulauan ini Darwin mengamati keberagaman burung finch (sejenis kutilang) dan iguana yang menjadi salah satu dasar hipotesisnya bahwa makhluk hidup berubah dengan berjalannya waktu. ”The Origin of Species” (Darwin, 1859), buku Darwin paling terkenal dan yang paling banyak diserang, mengatakan bahwa seleksi alam – teori survival of the fittest (yang paling cocok dengan alam yang akan terus hidup) – menghasilkan begitu banyak varietas kehidupan di Bumi. ”The Descent of Man” (Darwin, 1871), berargumentasi bahwa begitu banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia adalah bagian kerajaan hewan dan telah dibentuk mengikuti hukum alam yang sama yang menghasilkan semua kehidupan lain di Bumi. ”The Expression of Emotions in Man and Animals” (Darwin, 1872), buku ini meneliti lebih lanjut tesis bahwa manusia adalah bagian dunia alam. Di dalam buku ini Darwin berargumentasi bahwa ekspresi wajah pada manusia merupakan bentuk kompleks komunikasi yang dilakukan oleh sistem perototan yang begitu rumit yang merupakan hasil proses evolusi. Setelah bertahun-tahun mengalami masa-masa penghinaan, penyerangan, maupun penghargaan karena teori-teorinya, Charles Darwin menceritakan perasaan dan hidupnya dalam sebuah otobiografi berjudul, ”Autobiography of Charles Darwin” (Darwin, 1876). Ada banyak kontroversi seputar Darwin, kadang-kadang disebut idea-ideanya berbahaya. Ketika mengingat Darwin orang mengingat gambar monyet yang berubah menjadi manusia, alam semesta yang tak memerlukan tangan Mahakuasa, dan pandangan kehidupan yang selalu berubah. Ada juga mitos-mitos yang ditujukan kepada Darwin : bahwa dia menemukan evolusi, dia membenci Tuhan, dia meninggalkan Kekristenan, dia mengatakan bahwa manusia keturunan monyet, dan saat-saat menjelang ajal dia katanya meninggalkan kepercayaannya akan evolusi. Darwin disalahkan untuk sesuatu yang disebut social Darwinism – idea bahwa yang kuat harus mengungguli yang lemah. Dengan membaca kelima karya utama Darwin yang dikumpulkan dalam The Darwin Compendium barangkali kita akan berpendapat bahwa semua kontroversi dan mitos itu adalah salah. Buku ”Voyage of the Beagle” (Darwin, 1839) mengabadikan apa yang dilihat, dialami dan dipikirkan Darwin saat dia bekerja sebagai naturalis di kapal Beagle dalam pelayaran selama lima tahun (1831-1836). Dalam perjalanan ini Darwin mengumpulkan banyak spesimen tumbuhan, hewan, juga fosil. Darwin juga dalam perjalanan ini melihat sisi buruk kekerasan manusia berupa perbudakan dan kekerasan dalam nama agama. Semua penglihatan ini baik alam maupun sosial mempengaruhi Darwin bagaimana memandang dunia. Kepulauan Galapagos punya arti khusus buat Darwin dalam perjalanan ini. Di kepulauan ini, setiap pulau punya jenis burung finch yang berbeda tetapi saling berkerabat. Di sini juga ada kura-kura dan iguana yang sedikit berbeda di setiap pulau. Darwin bertanya mengapa begitu banyak varietas yang berbeda untuk burung-burung dan iguana yang sama, apa maksud keanekaragaman ini ? Kondisi di Galapagos bersama data lainnya mulai membentuk idea sekaligus membentuk keraguan dalam diri Darwin akan penjelasan teologis zaman itu tentang asal dan keberagaman kehidupan. Buku geologi tulisan Charles Lyell (1797-1875) ”The Principles of Geology” (1830) yang dibawa Darwin ke mana-mana sangat besar pengaruhnya membentuk idea Darwin bahwa kehidupan itu telah tua dan berubah secara perlahan, seperti halnya Bumi yang diajarkan Lyell bahwa Bumi berubah perlahan, secara seragam sepanjang waktu yang lama. Di bukunya Lyell mengajarkan bahwa umur Bumi jauh lebih tua daripada 6000-10.000 tahun seperti yang dipercayai saat itu. Lyell mengajarkan juga bahwa Bumi berubah secara gradual, bukan mendadak atau melalui katastrofisme. Pulang dari perjalanannya itu, Darwin segera membukukan catatan-catatan pengamatannya dan bukunya ini mendapatkan sambutan luas. Setelah itu Darwin mempelajari dengan hati-hati semua spesimennya dan ia makin yakin dengan yang ia percayai : makhluk hidup berubah seiring waktu. Di samping buku geologi Lyell, Charles Darwin juga membaca buku Thomas Malthus (1766-1834) berjudul ”Essays on the Principle of Population” (1798). Malthus berargumen bahwa jumlah populasi selalu lebih besar daripada jumlah makanan yang tersedia. Maka, terjadilah perjuangan untuk tetap hidup (struggle for survival). Idea gradualisme Lyell, idea struggle for survival Malthus, dan penelitian Darwin selama pelayarannya dengan Beagle, telah membentuk konsep seleksi alam yang dikembangkan Darwin. Ia berpendapat bahwa setiap generasi menghasilkan keturunan yang agak berbeda daripada orang tuanya. Perbedaan ini kadang-kadang menjadi penting untuk supaya dapat lestari dan berkembang lagi. Kelompok organisme yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan meningkatkan peluangnya untuk menghasilkan generasi berikutnya. Perbedaan genetik dikombinasi dengan perubahan lingkungan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan spesiasi. Spesiasi-spesiasi ini telah menyebabkan keanekaragaman makhluk hidup di Bumi. Idea ini dijelaskan Darwin dalam bukunya yang paling terkenal ”The Origin of Species” (1859). Sejak buku ini, orang mengenal Darwin dengan adagium ”manusia berasal dari monyet” Padahal, di bukunya itu Darwin tak pernah mengatakan hal tersebut. Hubungan monyet dengan manusia muncul di buku Thomas Huxley, seorang pembela garis keras Darwin, yang menulis buku ”Evidence for Man’s Place in Nature” (1863). Huxley di bukunya itu menyatakan bahwa anatomi primata dan manusia sangat mirip dan itu merupakan bukti bahwa mereka berhubungan. Manusia adalah bagian dari dunia binatang, tidak terpisah daripadanya. Manusia adalah hasil seleksi alam dan evolusi. Manusia dan primata punya nenek moyang yang sama. Maka, kiranya yang kita kenal dengan keberatan terhadap evolusi pada saat ini sebenarnya berasal dari idea Huxley bukan Darwin. Terinspirasi oleh Huxley, Darwin kemudian menulis buku yang khusus membahas evolusi manusia ”The Descent of Man” (1871). Di buku ini Darwin berargumen bahwa banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia adalah bagian dari dunia binatang dan diciptakan menurut hukum-hukum alam yang sama yang mengatur makhluk hidup lainnya. Kalau Huxley mencari bukti kesamaan anatomi, Darwin mencari bukti kesamaan tingkah laku antara binatang dan manusia. Menurut Darwin, tingkah laku adalah hasil seleksi alam. Moralitas pun adalah produk evolusi. Kepercayaan kepada Tuhan pun adalah hasil perkembangan intelektual dan nalar. Begitu menurut Darwin. Untuk lebih menguatkan tesisnya bahwa manusia adalah bagian alam, Darwin menulis buku yang lain, “The Expresion of Emotions in Man and Animals” (1872). Di bukunya ini Darwin mengemukakan bahwa ekspresi wajah adalah bentuk kompleks komunikasi oleh sistem perototan yang rumit yang merupakan hasil proses evolusi. Emosi yang ditunjukkan oleh ekspresi wajah juga merupakan akibat seleksi alam. Darwin menganalisis bahwa semua emosi dan ekspresi wajah sama saja untuk segala bangsa, bagaimana kalau mereka senang,marah,ketakutan, dan lain-lain. Menurut Darwin, ekspresi wajah binatang dan manusia menunjukkan banyak kesamaan. Terakhir, Darwin menulis Autobiography of Charles Darwin (1876) yang sebenarnya bukan ditulis untuk umum, tetapi untuk keluarganya agar anak-anaknya bisa memahami apa yang menjadi kepercayaan bapaknya (evolusi). Tetapi kemudian Francis Darwin, salah seorang anaknya, menerbitkannya pada tahun 1887 dengan menghilangkan sebagian manuskrip yang dirasakan akan kontroversial. Tahun 1958, cucu Charles Darwin, Nora Barlow menerbitkannya lagi secara utuh berjudul Autobiography of Charles Darwin. Karya-karya Darwin selalu kontroversial sejak diterbitkan untuk pertama kalinya sampai sekarang sebab Darwin menyentuh langsung hal-hal yang sangat mendasar (falsafi) tentang kehidupan. Karya2-nya mengeksplorasi hal2 ini : dari mana kehidupan berasal, bagaimana ia bisa sampai ke sini, realitas Yang Mahakuasa. Pemikiran-pemikiran yang dicetuskannya pun mengalami evolusi. Menjelang abad kedua puluh, kemajuan-kemajuan dalam genetika, biologi molekuler, dan biokimia telah memberikan kita pandangan-pandangan yang lebih mendalam dibandingkan pada masa Darwin. Síntesis antara seleksi alam klasik dan ilmu-ilmu moderen in telah melahirkan neo-Darwinisme. Walaupun ilmu-ilmu baru ini banyak memberikan dukungan untuk teori evolusi Darwin, kontroversi terus saja berlangsung. Selama akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 ini kita melihat orang-orang berdebat soal evolusi, termasuk sampai ke pengadilan, seperti di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Kansas khususnya) dan Australia. Perdebatan ini adalah di sekitar pertanyaan mana yang harus diajarkan di sekolah-sekolah umum, apakah evolusi atau lawannya (kreasionisme). Orang-orang fundamental menganggap Darwin sebagai terkutuk dan teori evolusinya tak punya bukti apa pun. Sebaliknya, para ilmuwan fundamental beranggapan bahwa bila ingin memahami alam yang tanpa campur tangan adikodrati, maka orang harus menerima Darwin dan teorinya. Sebenarnya perdebatan tentang evolusi banyak berasal dari kesalahpahaman tentang teori evolusi itu sendiri. Tidak banyak para pendebat evolusi yang membaca karya-karya asli Darwin. Mereka umumnya membaca literatur-literatur yang ditulis oleh para penyerang Darwin. Ini berakibat bahwa pemahaman mereka tentang evolusi Darwin akan semakin jauh dari yang sebenarnya. Setiap orang yang mau mendebat sebuah teori harusnya dalam posisi “well informed” dengan teori aslinya agar yang didebatnya tepat sasaran dan substantial. Dalam hal teori evolusi yang dikembangkan dan dipublikasikan Darwin, buku “The Darwin Compendium” ini merupakan buku yang baik untuk memulai. Lima karya asli Darwin ada di situ. Kutipan paragraf terakhir di buku paling terkenal Darwin : “There is grandeur in this view of life, with its several powers, having been originally breathed into a few forms or into one; and that, whilst this planet has gone cycling on according to the fixed law of gravity, from so simple a beginning endless forms most beautiful and most wonderful have been, and are being, evolved.” (Charles Robert Darwin, “The Origin of Species” – 1859) --- On Sun, 9/7/08, Agung Mulyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Agung Mulyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Geo_unpad] Evolusi Manusia ala Darwin To: [EMAIL PROTECTED] Date: Sunday, September 7, 2008, 9:51 AM Evolusi Manusia ala Darwin Semenjak abad ke 6 SM pengertian evolusi sudah digunakan. Awalnya istilah tersebut terutama dipakai dalam ilmu sosial budaya, sebelum biologi menirunya seperti yang dilakukan Aristoteles (abad ke 3 SM) yang mencoba menyusun hewan-hewan dari mulai yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian evolusinya Darwin sebenarnya bukanlah barang anyar. Namun demikian, anehnya evolusi sosial yang dikembangkan oleh Karl Marx adalah lantaran si Marx “tuturut munding” si Darwin. Evolusi yang terjadi pada biologi sebagaimana yang dikembangkan Darwin, oleh si Marx diterapkan pada sistem sosial masyarakat. Ia kemudian membuat teori Historis Materialisme dengan evolusi sosial sampai dengan masyarakat yang tidak berkelas. Begitulah ada sebagian orang yang menyimpulkan sebab-musabab lahirnya Marxisme. Tapi kalau saja kita membaca biografinya, maka kita pasti akan berkesimpulan beda banget. Mari kita tinggalkan dulu saja soal si Marx, lain kali saja kita bicarakan. Perlukah ngomongin soal si Marx ? Ya jelas laaah.. agar kita tidak jadi Marxisme !. Sekarang kita kembali dulu dengan soal evolusi ala Darwin. Orang banyak menyangka bahwa teori evolusi dari Darwin (khusus tentang manusia) ini tidak bener. Yah.. memang orang boleh berkata bahwa teori Darwin itu tidak benar, tapi itu kalau orang tersebut berkesimpulan bahwa Darwin menyatakan moyang manusia adalah menyot. Apakah benar Darwin nyarita seperti itu ? Kalau saja pak Awang berkenan menuliskan resume dan ulasan Origin of species, maka persoalan yang masih “gagayutan” mengenai hal tersebut dapat secepanya beres, seperti halnya pada waktu yang lalu pak Awang mengupas tuntas tentang The Present is the key to the Past. Termasuk ulasan pak Awang mengenai Nemesis yang baru saja launching minngu lalu. Tapi itu bukanlah satu-satunya cara. Biarkanlah nanti pak Awang, atau siapa pun akan meng-koreksi semua yang saya tulis di bawah ini. Si Darwin sebenarnya tidak secara khusus (serius) menceritakan tentang evolusi manusia. Menurutnya bahwa kehidupan species adalah dinamis, maksudnya dapat berubah karena ber-evolusi. Semua mahluk hidup adalah saudara (“duduluran”). Beliau hanya menyatakan bahwa nenek moyang manusia adalah “primitif”. Untuk sekadar mengambil model yang primitif tersebut, maka diambilkan contoh hewan yang paling dekat sekali kemiripannya dengan jelma, yaitu menyot (hanya sebagai contoh yang paling mirip !). Lalu dia menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia itu mirip kearah menyot (bukannya menyot !). Darwin tidak menyatakan bahwa monyet seperti itulah yang menjadi manusia yang sekarang ini. Manusia memiliki bahasa (aktip) dan budaya, itulah salah satu perbedaan dari mahluk hidup lain yang manapun. Dengan demikian kendati ada beberapa bagian yang mirip seperti bentuk tangan, kaki dan tengkoraknya, maka adalah suatu hil yang mustahal bila manusia adalah seketurunan dengan bangsa sato. Kita hanya bicara soal evolusi ala Darwin. Bila ada seorang anak manusia yang hidup dalam hutan, setelah gede akankah ia berubah menjadi menyot ? Yang akan berubah tentu hanya psikologi dan kebudayaannya saja, yaitu jadi kuper. Demikian juga bila seekor anak menyot yang diasuh dan dibesarkan dalam lingungan manusia, maka tidak akan menyebabkan si anak menyot itu gedenya menjadi jelma. Labih dari itu psikologi dan budaya si menyot yang telah gede tersebut tetap saja jiga “Sarimin”. Manusia memiliki akal. Akal tidak sekadar atau identik dengan otak. Akal yang dimaksud dalam manusia meliputi banyak hal sehingga dapat menyebabkan manusia berbudaya.. Oleh sebab itu kendati sato juga berotak, segede apa pun otaknya seperti simpanse dan gogog, tetap ia kagak berbudaya. Betapapun contoh kedua jenis sato ini lebih gampang bila diajari sesuatu, tapi ia tidak dapat mewariskan kemampuannya kepada yang lain, termasuk ke anak cucunya. (resume dari tulisan Prof. T. Jacob, 1983).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar