Entri Populer

Selasa, 01 November 2011

 Evolusi Manusia ala Darwin



“The Origin of Species” (Darwin, 1859) akan kita peringati 150 tahunnya tahun 
depan. 
Buku Darwin  tersebut merupakan buku paling penting kalau kita mau memahami apa 
yang dipikirkan Darwin tentang evolusi. Sebelum menyerang teori evolusi, 
sebaiknya dibaca dulu buku ini, sehingga bisa diputuskan apakah teori evolusi 
layak diserang atau bahkan didukung. 
 
Dari internet mungkin bisa didapat digitalnya, tetapi saya lebih suka 
mempelajarinya dari bukunya sebab bisa dibaca di mana saja, di kereta, di bus 
atau santay sambil berbaring. Saya punya tiga buku Darwin ini, salah satunya 
adalah terjemahan Indonesia-nya yang mudah diperoleh di Yayasan Obor Indonesia, 
penerbit yang menerjemahkannya (kalau berminat coba buka website obor di 
www.obor.or.id . Saya membeli terjemahannya tahun 2004 (diterjemahkan tahun 
2003 oleh para dosen biologi Universitas Nasional), mestinya sih masih tersedia 
terjemahannya.
 
Inti buku ini sederhana saja : Darwin memaparkan pembuktian bahwa makhluk hidup 
berevolusi serta menjelaskan bagaimana seleksi alamiah menyebabkan 
spesies-spesies berubah. Menurut cerita, buku ini dicetak untuk pertama kalinya 
hanya 1250 eksemplar sebab penerbitnya tidak yakin bahwa buku ini akan laku 
terjual. Ternyata, pada hari pertama saja ada di toko, seluruh buku ini habis 
terjual. Kemudian ternyata juga bahwa buku-buku ini banyak dibeli untuk dibakar 
!
 
Darwin menggambarkan The Origin sebagai suatu argumen panjang. Saya ingat dulu 
saat masih SMP di Bandung suka nongkrong malam-malam di perpusatakaan British 
Council di Jalan Tamblong beberapa minggu demi menyaksikan film tentang Darwin. 
Di situ digambarkan Darwin dengan tenangnya menulis argument-argumen. 
Belakangan saya tahu bahwa Darwin tak tenang menulis bukunya sebab ia takut 
didahului oleh Alfred Russel Wallace, sang pengelana Nusantara, yang juga 
menemukan gejala yang sama yang sedang dipikirkan Darwin : evolusi oleh seleksi 
alam. Atas dorongan dan bantuan Charles Lyell-lah, Darwin dapat menyelesaikan 
karya monumentalnya dalam waktu yang singkat. Charles Lyell, ahli geologi itu 
adalah seperti seorang ayah untuk Darwin.
 
Agar argument Darwin mudah dipahami, ia memulai bukunya (Bab 1) dengan 
menampilkan variasi-variasi yang terjadi pada tanaman-tanaman dan hewan-hewan 
di sekitar rumah hasil domestikasi. Setelah mendiskusikan sifat-sifat yang 
dimiliki oleh biakan-biakan yang berbeda, ia mulai menjelaskan bagaimana 
biakan-biakan yang berbeda itu bisa muncul. Darwin menjelaskan bahwa itu muncul 
akibat seleksi buatan (artificial selection), manusia memilih mana-mana yang 
akan dibiakkan mana yang tak boleh. Tentu saja yang dibiakkan adalah yang 
memiliki sifat-sifat yang baik atau unggul.
 
Bab 2The Origin, berpindah dari variasi-variasi makhluk hidup di sekitar rumah 
ke variasi jenis di alam liar. Darwin di sini menjelaskan apa itu spesies, 
bagaimana variasi-variasinya. Di sini Darwin menampilkan pengamatan atau 
kesimpulan bahwa spesies-spesies itu bukan sesuatu yang terakhir atau yang 
tetap, tetapi disebutnya sebagai “spesies-spesies dalam penantian”. Menanti apa 
? Menanti untuk berubah. Jadi spesies2 itu adalah hanya bagian dari jalan 
panjang menuju spesies berikutnya. Jelas Darwin mulai berbeda pandangannya dari 
ahli-ahli biologi sezamannya.
 
Bab 3 The Origin, Darwin terpesona dengan pandangan Malthus (1798) si ahli 
demografi itu bahwa akibat jumlah populasi lebih banyak daripada sumberdaya 
yang ada maka akan terjadi perjuangan demi kelangsungan hidup dengan cara 
berebut sumberdaya yang terbatas. Yang unggul yang akan terus hidup. Di bab ini 
maka Darwin menuliskan “suatu perjuangan demi bertahan hidup tak dapat 
dielakkan merupakan akibat dari laju pesat perbanyakan diri organisme hidup”. 
Darwin juga memaparkan faktor-faktor yang membatasi jumlah spesies, misalnya 
efek2 kepadatan berlebih, serangan pemangsa, serta musim dingin yang kering dan 
ekstrim.
 
Bab 4 The Origin, merupakan bagian yang paling penting. Judulnya adalah Natural 
Selection. Ini merupakan gagasan besar Darwin tetapi saat itu sangat sulit 
diterima. Dalam seleksi alam, menurut Darwin, variasi-variasi yang 
menguntungkan dipertahankan, sementara yang merugikan disingkirkan dan akhirnya 
musnah.  Darwin menyusun daftar yang memaparkan sederetan adaptasi yang 
dikaitkannya dengan akumulasi bertahap dari variasi-variasi yang berguna. Ia 
menyatakan bahwa, tidak seperti manusia, alam mendasari seleksinya pada seluruh 
perlengkapan kehidupan. Alam menitikberatkan pada nilai adaptif setiap sifat 
makhluk hidup tanpa terkecuali, dan dalam proses ini tidak ada satu pun yang 
terlewatkan. 
 
Bab 5 The Origin, Law of Variation, dimulai Darwin dengan penyangkalan bahwa 
variasi-variasi disebabkan faktor kebetulan. Menurut Darwin semua ada 
kendalinya. Darwin percaya akan variasi berkelanjutan – variasi yang tersusun 
atas suatu rangkaian tak terbatas dari perbedaan-perbedaan kecil antar 
individu. 
 
Bab-Bab yang tersisa dari The Origin (sampai Bab 15) menguraikan sederetan 
topic yang telah membuat Darwin tetap sibuk.Topik-topik tersebut mencakup 
evolusi adaptasi fisik, asal muasal naluri, fosil, klasifikasi, kontribusi 
geologi ke dalam evolusi, kesulitan-kesulitan teori evolusi, dan distribusi 
makhluk hidup.
Sekarang kita lihat apa kata Darwin tentang evolusi manusia. Sumber terbaik 
untuk mempelajarinya ada dalam bukunya “The Descent of Man” (Darwin, 1871) – 
yang ini belum ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia. 
 
Karena begitu banyaknya serangan-serangan kepada evolusi berasal dari hal 
evolusi manusia, maka Darwin memandang perlu menulis buku khusus tentang 
evolusi manusia. Inti buku ini Darwin beragumen bahwa manusia dan kera memiliki 
leluhur jauh yang sama dan bahwa semua cirri manusia telah berevolusi melalui 
serangkaian langkah yang bertahap.
 
Dalam buku ini Darwin menunjukkan bahwa atribut-atribut manusia yang terhebat 
sekalipun –kecerdasan dan ungkapan emisional kita- bisa saja dihasilkan melalui 
seleksi alamiah sehingga memungkinkan manusia juga berevolusi dari 
leluhur-leluhur hewan.
 
Bagaimana dan mengapa kecerdasan manusia muncul ? Pandangan Darwin mengatakan 
bahwa hal tersebut berhubungan dengan gaya hidup. Leluhur nenek moyang manusia 
dank era pada awalnya merupakan penghuni pepohonan, namun secara bertahap 
mereka mulai hidup di darat. Berjalan dengan kedua kaki dan membebaskan tangan 
mereka untuk memanipulasi benda-benda dan akhirnya untuk menciptakan perkakas. 
Hal ini, kata Darwin, menyediakan batu loncatan bagi perkembangan kecerdasan 
karena seleksi alamiah selanjutnya akan memelihara ukuran otak yang terus 
mengalami peningkatan, yang diperlukan untuk ketangkasan tangan. 
 
Bagaimana pengetahuan biologi saat ini tentang evolusi manusia ? Apakah manusia 
berevolusi dari kera? Tidak. Manusia memang berasal dari superfamily yang sama 
dengan kera, tetapi kera dan manusia berpisah dalam pohon evolusi sekitar 4-5 
juta tahun yang lalu. Dari situ manusia berevolusi sendiri melalui perkembangan 
bertahap hominid sampai akhirnya manusia moderen muncul beberapa puluh ribu 
tahun yang lalu.
 
Di bawah ada tulisan tentang semua karya Darwin (The Darwin Compendium) yang 
pernah saya posting beberapa bulan yang lalu.
 
Apakah teori evolusi Darwin yang diuraikannya dalam The Origin semuanya benar ? 
Tidak, sebagian salah, tetapi sebagian juga benar. Mana yang benar mana yang 
salah menurut ilmu pengetahuan sekarang nanti kita bahas lagi, juga tentang 
evolusi manusia, implikasi sosial dan implikasi agama. 
 
Dengan singkat bisa dikatakan : evolusi terjadi, tetapi tidak persis seperti 
yang Darwin teorikan.
 
Salam,
awang
 
Lampiran
 
The Darwin Compendium
 
Charles Darwin (1809-1882) tak hanya menulis “The Origin of Species” (1859). 
Ada empat buku lainnya yang berhubungan yang tak terlalu banyak dibicarakan 
orang tetapi sangat penting kalau mau mempelajari teori evolusi Darwin secara 
utuh. Untuk menemukan kelima buku Darwin itu tidak mudah, tetapi penerbit 
Amerika Barnes and Noble mengumpulkannya ke dalam satu buku yang diberi judul 
“The Darwin Compendium”. Setiap orang yang mau mendebat teori evolusi atau 
mendukungnya, sebaiknya membaca dulu buku ini agar debat atau dukungannya punya 
dasar, tidak hanya ikut-ikutan.
 
“The Darwin Compendium” adalah buku yang berat dan tebal (1874 halaman) 
terbitan tahun 2005. Buku ini saya beli pada Desember 2005 saat sedang 
mengunjungi Unocal di Sugarland, Texas.  Perlu waktu lama membaca buku ini, 
selain butuh konsistensi, butuh spirit untuk melawan kejenuhan dan menyerah, 
tak mudah pula memahami bahasa Inggris Victorian zaman pertengahan-akhir abad 
ke-19 yang menjadi bahasa buku ini. 
 
Buku ini membantu memahami apa yang sesungguhnya Darwin pikirkan dan 
pertahankan tentang evolusi. Perasaan Darwin pun bisa kita baca di salah satu 
karyanya yaitu otobiografinya. Semua penganut dan pengritik teori evolusi yang 
dikembangkan Darwin sebaiknya membaca buku ini sebelum mempercayai atau menolak 
teori evolusi. Karena the Darwin Compendium mengumpulkan lima karya utama 
Darwin sejak sebelum ia mengumumkan teori evolusi, mempertahankannya, dan 
menceritakan apa yang ia rasakan berhubungan dengan teorinya yang kontroversial 
pada zamannya itu; maka kita akan mendapatkan gambaran yang utuh tentang 
Charles Darwin dan teori evolusi.
 
Kelima buku utama Darwin yang dikumpulkan dalam The Darwin Compendium adalah 
seperti berikut.
 
”Voyage of the Beagle” (Darwin, 1839) berisi catatan Darwin sebagai naturalis 
dalam kapal Beagle yang berlayar ke pulau-pulau selatan termasuk Kepulauan 
Galapagos di lepas pantai sebelah barat Amerika Selatan. Di kepulauan ini 
Darwin mengamati keberagaman burung finch (sejenis kutilang) dan iguana yang 
menjadi salah satu dasar hipotesisnya bahwa makhluk hidup berubah dengan 
berjalannya waktu.
 
”The Origin of Species” (Darwin, 1859), buku Darwin paling terkenal dan yang 
paling banyak diserang, mengatakan bahwa seleksi alam – teori survival of the 
fittest (yang paling cocok dengan alam yang akan terus hidup) – menghasilkan 
begitu banyak varietas kehidupan di Bumi.
 
”The Descent of Man” (Darwin, 1871), berargumentasi bahwa begitu banyak bukti 
yang menunjukkan bahwa manusia adalah bagian kerajaan hewan dan telah dibentuk 
mengikuti hukum alam yang sama yang menghasilkan semua kehidupan lain di Bumi.
 
”The Expression of Emotions in Man and Animals” (Darwin, 1872), buku ini 
meneliti lebih lanjut tesis bahwa manusia adalah bagian dunia alam. Di dalam 
buku ini Darwin berargumentasi bahwa ekspresi wajah pada manusia merupakan 
bentuk kompleks komunikasi yang dilakukan oleh sistem perototan yang begitu 
rumit yang merupakan hasil proses evolusi.
 
Setelah bertahun-tahun mengalami masa-masa penghinaan, penyerangan, maupun 
penghargaan karena teori-teorinya, Charles Darwin menceritakan perasaan dan 
hidupnya dalam sebuah otobiografi berjudul, ”Autobiography of Charles Darwin” 
(Darwin, 1876).
 
Ada banyak kontroversi seputar Darwin, kadang-kadang disebut idea-ideanya 
berbahaya. Ketika mengingat Darwin orang mengingat gambar monyet yang berubah 
menjadi manusia, alam semesta yang tak memerlukan tangan Mahakuasa, dan 
pandangan kehidupan yang selalu berubah. Ada juga mitos-mitos yang ditujukan 
kepada Darwin : bahwa dia menemukan evolusi, dia membenci Tuhan, dia 
meninggalkan Kekristenan, dia mengatakan bahwa manusia keturunan monyet, dan 
saat-saat menjelang ajal dia katanya meninggalkan kepercayaannya akan evolusi. 
Darwin disalahkan untuk sesuatu yang disebut social Darwinism – idea bahwa yang 
kuat harus mengungguli yang lemah. Dengan membaca kelima karya utama Darwin 
yang dikumpulkan dalam The Darwin Compendium barangkali kita akan berpendapat 
bahwa semua kontroversi dan mitos itu adalah salah.  
 
Buku ”Voyage of the Beagle” (Darwin, 1839) mengabadikan apa yang dilihat, 
dialami dan dipikirkan Darwin saat dia bekerja sebagai naturalis di kapal 
Beagle dalam pelayaran selama lima tahun (1831-1836). Dalam perjalanan ini 
Darwin mengumpulkan banyak spesimen tumbuhan, hewan, juga fosil. Darwin juga 
dalam perjalanan ini melihat sisi buruk kekerasan manusia berupa perbudakan dan 
kekerasan dalam nama agama. Semua penglihatan ini baik alam maupun sosial 
mempengaruhi Darwin bagaimana memandang dunia. Kepulauan Galapagos punya arti 
khusus buat Darwin dalam perjalanan ini. Di kepulauan ini, setiap pulau punya 
jenis burung finch yang berbeda tetapi saling berkerabat. Di sini juga ada 
kura-kura dan iguana yang sedikit berbeda di setiap pulau. Darwin bertanya 
mengapa begitu banyak varietas yang berbeda untuk burung-burung dan iguana yang 
sama, apa maksud keanekaragaman ini ? Kondisi di Galapagos bersama data lainnya 
mulai membentuk idea sekaligus membentuk
 keraguan dalam diri Darwin akan penjelasan teologis zaman itu tentang asal dan 
keberagaman kehidupan. Buku geologi tulisan Charles Lyell (1797-1875) ”The 
Principles of Geology” (1830) yang dibawa Darwin ke mana-mana sangat besar 
pengaruhnya membentuk idea Darwin bahwa kehidupan itu telah tua dan berubah 
secara perlahan, seperti halnya Bumi yang diajarkan Lyell bahwa Bumi berubah 
perlahan, secara seragam sepanjang waktu yang lama. Di bukunya Lyell 
mengajarkan bahwa umur Bumi jauh lebih tua daripada 6000-10.000 tahun seperti 
yang dipercayai saat itu. Lyell mengajarkan juga bahwa Bumi berubah secara 
gradual, bukan mendadak atau melalui katastrofisme. Pulang dari perjalanannya 
itu, Darwin segera membukukan catatan-catatan pengamatannya dan bukunya ini 
mendapatkan sambutan luas. Setelah itu Darwin mempelajari dengan hati-hati 
semua spesimennya dan ia makin yakin dengan yang ia percayai :  makhluk hidup 
berubah seiring waktu.
 
Di samping buku geologi Lyell, Charles Darwin juga membaca buku Thomas Malthus 
(1766-1834) berjudul ”Essays on the Principle of Population” (1798). Malthus 
berargumen bahwa jumlah populasi selalu lebih besar daripada jumlah makanan 
yang tersedia. Maka, terjadilah perjuangan untuk tetap hidup (struggle for 
survival). Idea gradualisme Lyell, idea struggle for survival Malthus, dan 
penelitian Darwin selama pelayarannya dengan Beagle, telah membentuk konsep 
seleksi alam yang dikembangkan Darwin. Ia berpendapat bahwa setiap generasi 
menghasilkan keturunan yang agak berbeda daripada orang tuanya. Perbedaan ini 
kadang-kadang menjadi penting untuk supaya dapat lestari dan berkembang lagi. 
Kelompok organisme yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan meningkatkan 
peluangnya untuk menghasilkan generasi berikutnya. Perbedaan genetik 
dikombinasi dengan perubahan lingkungan dalam waktu yang lama akan 
mengakibatkan spesiasi. Spesiasi-spesiasi ini telah menyebabkan
 keanekaragaman makhluk hidup di Bumi. Idea ini dijelaskan Darwin dalam bukunya 
yang paling terkenal ”The Origin of Species” (1859). Sejak buku ini, orang 
mengenal Darwin dengan adagium ”manusia berasal dari monyet” Padahal, di 
bukunya itu Darwin tak pernah mengatakan hal tersebut.  Hubungan monyet dengan 
manusia muncul di buku Thomas Huxley, seorang pembela garis keras Darwin, yang 
menulis buku ”Evidence for Man’s Place in Nature” (1863). Huxley di bukunya itu 
menyatakan bahwa anatomi primata dan manusia sangat mirip dan itu merupakan 
bukti bahwa mereka berhubungan. Manusia adalah bagian dari dunia binatang, 
tidak terpisah daripadanya. Manusia adalah hasil seleksi alam dan evolusi. 
Manusia dan primata punya nenek moyang yang sama. Maka, kiranya yang kita kenal 
dengan keberatan terhadap evolusi pada saat ini sebenarnya berasal dari idea 
Huxley bukan Darwin.
 
Terinspirasi oleh Huxley, Darwin kemudian menulis buku yang khusus membahas 
evolusi manusia  ”The Descent of Man” (1871). Di buku ini Darwin berargumen 
bahwa banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia adalah bagian dari dunia 
binatang dan diciptakan menurut  hukum-hukum alam yang sama yang mengatur 
makhluk hidup lainnya. Kalau Huxley mencari bukti kesamaan anatomi, Darwin 
mencari bukti kesamaan tingkah laku antara binatang dan manusia. Menurut 
Darwin, tingkah laku adalah hasil seleksi alam. Moralitas pun adalah produk 
evolusi. Kepercayaan kepada Tuhan pun adalah hasil perkembangan intelektual dan 
nalar. Begitu menurut Darwin. 
 
Untuk lebih menguatkan tesisnya bahwa manusia adalah bagian alam, Darwin 
menulis buku yang lain, “The Expresion of Emotions in Man and Animals” (1872). 
Di bukunya ini Darwin mengemukakan bahwa ekspresi wajah adalah bentuk kompleks 
komunikasi oleh sistem perototan yang rumit yang merupakan hasil proses 
evolusi. Emosi yang ditunjukkan oleh ekspresi wajah juga merupakan akibat 
seleksi alam. Darwin menganalisis bahwa semua emosi dan ekspresi wajah sama 
saja untuk segala bangsa, bagaimana kalau mereka senang,marah,ketakutan, dan 
lain-lain. Menurut Darwin, ekspresi wajah binatang dan manusia menunjukkan 
banyak kesamaan.
 
Terakhir, Darwin menulis Autobiography of Charles Darwin (1876) yang sebenarnya 
bukan ditulis untuk umum, tetapi untuk keluarganya agar anak-anaknya bisa 
memahami apa yang menjadi kepercayaan bapaknya (evolusi).  Tetapi kemudian 
Francis Darwin, salah seorang anaknya, menerbitkannya pada tahun 1887 dengan 
menghilangkan sebagian manuskrip yang dirasakan akan kontroversial. Tahun 1958, 
cucu Charles Darwin, Nora Barlow menerbitkannya lagi secara utuh berjudul 
Autobiography of Charles Darwin.
 
Karya-karya Darwin selalu kontroversial sejak diterbitkan untuk pertama kalinya 
sampai sekarang sebab Darwin menyentuh langsung hal-hal yang sangat mendasar 
(falsafi) tentang kehidupan.  Karya2-nya mengeksplorasi hal2 ini : dari mana 
kehidupan berasal, bagaimana ia bisa sampai ke sini, realitas Yang Mahakuasa. 
Pemikiran-pemikiran yang dicetuskannya pun mengalami evolusi. Menjelang abad 
kedua puluh, kemajuan-kemajuan dalam genetika, biologi molekuler, dan biokimia 
telah memberikan kita pandangan-pandangan yang lebih mendalam dibandingkan pada 
masa Darwin. Síntesis antara seleksi alam klasik dan ilmu-ilmu moderen in telah 
melahirkan neo-Darwinisme. Walaupun ilmu-ilmu baru ini banyak memberikan 
dukungan untuk teori evolusi Darwin, kontroversi terus saja berlangsung. Selama 
akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 ini kita melihat orang-orang berdebat soal 
evolusi, termasuk sampai ke pengadilan, seperti di beberapa negara bagian di 
Amerika Serikat (Kansas
 khususnya) dan Australia. Perdebatan ini adalah di sekitar pertanyaan mana 
yang harus diajarkan di sekolah-sekolah umum, apakah evolusi atau lawannya 
(kreasionisme). Orang-orang fundamental menganggap Darwin sebagai terkutuk dan 
teori evolusinya tak punya bukti apa pun. Sebaliknya, para ilmuwan fundamental 
beranggapan bahwa bila ingin memahami alam yang tanpa campur tangan adikodrati, 
maka orang harus menerima Darwin dan teorinya.
 
Sebenarnya perdebatan tentang evolusi banyak berasal dari kesalahpahaman 
tentang teori evolusi itu sendiri. Tidak banyak para pendebat evolusi yang 
membaca karya-karya asli Darwin. Mereka umumnya membaca literatur-literatur 
yang ditulis oleh para penyerang Darwin. Ini berakibat bahwa pemahaman mereka 
tentang evolusi Darwin akan semakin jauh dari yang sebenarnya.
 
Setiap orang yang mau mendebat sebuah teori harusnya dalam posisi “well 
informed” dengan teori aslinya agar yang didebatnya tepat sasaran dan 
substantial. Dalam hal teori evolusi yang dikembangkan dan dipublikasikan 
Darwin, buku “The Darwin Compendium” ini merupakan buku yang baik untuk 
memulai. Lima karya asli Darwin ada di situ.
 
Kutipan paragraf terakhir di buku paling terkenal Darwin : 
 
“There is grandeur in this view of life, with its several powers, having been 
originally breathed into a few forms or into one; and that, whilst this planet 
has gone cycling on according to the fixed law of gravity, from so simple a 
beginning endless forms most beautiful and most wonderful have been, and are 
being, evolved.” (Charles Robert Darwin, “The Origin of Species” – 1859)

--- On Sun, 9/7/08, Agung Mulyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Agung Mulyo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Geo_unpad] Evolusi Manusia ala Darwin
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Sunday, September 7, 2008, 9:51 AM











 
Evolusi Manusia ala Darwin 
  
Semenjak abad ke 6 SM pengertian evolusi sudah digunakan. Awalnya istilah 
tersebut terutama dipakai dalam ilmu sosial budaya, sebelum biologi menirunya 
seperti yang dilakukan Aristoteles (abad ke 3 SM) yang mencoba menyusun 
hewan-hewan dari mulai yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian 
evolusinya Darwin sebenarnya bukanlah barang anyar. Namun demikian, anehnya 
evolusi sosial yang dikembangkan oleh Karl Marx adalah lantaran si Marx 
“tuturut munding” si Darwin. 
Evolusi yang terjadi pada biologi sebagaimana yang dikembangkan Darwin, oleh si 
Marx diterapkan pada sistem sosial masyarakat. Ia kemudian membuat teori 
Historis Materialisme dengan evolusi sosial sampai dengan masyarakat yang tidak 
berkelas. Begitulah ada sebagian orang yang menyimpulkan sebab-musabab lahirnya 
Marxisme. Tapi kalau saja kita membaca biografinya, maka kita pasti akan 
berkesimpulan beda banget. 
Mari kita tinggalkan dulu saja soal si Marx, lain kali saja kita bicarakan. 
Perlukah ngomongin soal si Marx ? Ya jelas laaah.. agar kita tidak jadi 
Marxisme !. 
Sekarang kita kembali dulu dengan soal evolusi ala Darwin. Orang banyak 
menyangka bahwa teori evolusi dari Darwin (khusus tentang manusia) ini tidak 
bener. 
Yah.. memang orang boleh berkata bahwa teori Darwin itu tidak benar, tapi itu 
kalau orang tersebut berkesimpulan bahwa Darwin menyatakan moyang manusia 
adalah menyot. Apakah benar Darwin nyarita seperti itu ? 
Kalau saja pak Awang berkenan menuliskan resume dan ulasan Origin of species, 
maka persoalan yang masih “gagayutan” mengenai hal tersebut dapat secepanya 
beres, seperti halnya pada waktu yang lalu pak Awang mengupas tuntas tentang 
The Present is the key to the Past. Termasuk ulasan pak Awang mengenai Nemesis 
yang baru saja launching minngu lalu. 
Tapi itu bukanlah satu-satunya cara. Biarkanlah nanti pak Awang, atau siapa pun 
akan meng-koreksi semua yang saya tulis di bawah ini. 
  
Si Darwin sebenarnya tidak secara khusus (serius) menceritakan tentang evolusi 
manusia. Menurutnya bahwa kehidupan species adalah dinamis, maksudnya dapat 
berubah karena ber-evolusi. Semua mahluk hidup adalah saudara (“duduluran”). 
Beliau hanya menyatakan bahwa nenek moyang manusia adalah “primitif”. Untuk 
sekadar mengambil model yang primitif tersebut, maka diambilkan contoh hewan 
yang paling dekat sekali kemiripannya dengan jelma, yaitu menyot (hanya sebagai 
contoh yang paling mirip !). Lalu dia menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia 
itu mirip kearah menyot (bukannya menyot !). 
Darwin tidak menyatakan bahwa monyet seperti itulah yang menjadi manusia yang 
sekarang ini. Manusia memiliki bahasa (aktip) dan budaya, itulah salah satu 
perbedaan dari mahluk hidup lain yang manapun. Dengan demikian kendati ada 
beberapa bagian yang mirip seperti bentuk tangan, kaki dan tengkoraknya, maka 
adalah suatu hil yang mustahal bila manusia adalah seketurunan dengan bangsa 
sato. 
Kita hanya bicara soal evolusi ala Darwin.  Bila ada seorang anak manusia yang 
hidup dalam hutan, setelah gede akankah ia berubah menjadi menyot ? Yang akan 
berubah tentu hanya psikologi dan kebudayaannya saja, yaitu jadi kuper. 
Demikian juga bila seekor anak menyot yang diasuh dan dibesarkan dalam 
lingungan manusia, maka tidak akan menyebabkan si anak menyot itu gedenya 
menjadi jelma. Labih dari itu psikologi dan budaya si menyot yang telah gede 
tersebut tetap saja jiga “Sarimin”. 
Manusia memiliki akal. Akal tidak sekadar atau identik dengan otak. Akal yang 
dimaksud dalam manusia meliputi banyak hal sehingga dapat menyebabkan manusia 
berbudaya.. Oleh sebab itu kendati sato juga berotak, segede apa pun otaknya 
seperti simpanse dan gogog, tetap ia kagak berbudaya. Betapapun contoh kedua 
jenis sato ini lebih gampang bila diajari sesuatu, tapi ia tidak dapat 
mewariskan kemampuannya kepada yang lain, termasuk ke anak cucunya. (resume 
dari tulisan Prof. T. Jacob, 1983). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar